Sabtu, 21 Februari 2015

Kisah Pilu mencintainya

2 tahun lalu pertama kalinya aku mengenal dirinya. Dua tahun itu pula aku jatuh cinta padanya. Dari hari kehari aku dan dia menjadi semakin dekat. Sapaan, bantuan, dukungan moral telah aku berikan padanya. Mungkin dia tidak pernah menyadari bahwa aku mencintai dirinya. Tetapi aku sangat mencintainya dengan tulus. Persetan dengan kata oranglain. Yang aku pahami hanyalah kau semangatku. You are my moodbooster. You are my soul. Meskipun kau belum tentu merasakan hal yang sama. Setiap kali kulihat dirimu dari kejauhan, aku merasakan kesakitan yang amat sangat. Mungkin inikah siksaan yang harus aku rasakan. Seandainya waktu masih bisa kuputar, akan kubuat diriku tak pernah mencintai dirinya. Sakit rasanya.

Tujuanku mencintaimu sangat sederhana. Aku ingin kau menjadi pribadi yang baik. Mungkin sakit juga rasanya apabila segala kebaikan tak terbalaskan. Sedih juga rasanya bila tak mampu melihatmu menjadi baik. Semenjak kau mengenal dia, kamu bukanlah seperti yang kukenal. Mungkin kau mencintai dia. Tapi yang kulihat, ia hanya menjadikanmu alat. Mungkin melihatmu bahagia, aku juga bahagia. Sebuah kesedihan buatku apabila melihatmu menangis, menyesali pilihanmu

Setiap kali kau cerita segala kebusukan dan kebangsatan pacarmu ke aku, mungkin aku mendengarkan segala kesakitanmu dengan simpati. Tak hanya simpati belaka. Akupun turut merasakan kesedihan yang mendalam. Di hati kecilku ini, aku menangis dalam. Dalam batin aku selalu bertanya, mengapa kau memilih dia yang jelas jelas telah menyakitimu. Sadarlah, dia itu hanya pacarmu. Iya pacarmu. Mungkin bisakah kau bayangkan bila nanti ia akan menjadi suamimu? Apa yang akan kau rasakan? Mungkinkah kau menangis setiap hari? Mungkinkah setiap hari kudengar kesedihanmu? Mengapa tak kau akhiri saja hubunganmu? Terkadang aku menangis dimalam hari nan dingin. Aku meratapi kesedihanmu. Andai aku dapat membantumu keluar dari masalahmu. Namun apa daya kau telah menghempaskan cintaku. Namun kau masih menceritakan kisah cintamu yang sedih ke aku yang telah terluka karena mencintaimu. Itulah kesedihanku. Mana kesedihanmu?